PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SISWA KELAS VIII APPLICATION OF INQUIRY LEARNING LEARNING MODELS TO IMPROVE THE MOTIVATION OF CHRISTIAN RELIGIOUS EDUCATION STUDENTS OF CLASS VIII

DJASIMA SINEKE

Abstract


Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana menumbuhkan motivasi belajar kepada siswa melalui penerapan model pembelajaran Inquiry Learning. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran tentang peningkatanmotivasi belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Inquiry learning Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak dua siklus dengan jumlah subjek 38 anak, pada kelas VIII SMP Negeri 6 Ratahan, DI Desa Rasi Kabupaten Minahasa Tenggara Sulaesi Utara. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Dari hasil pelaksanaan dan observasi pada siklus I dan siklus II ditemukan terjadinya peningkatan pada motivasi belajar siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Inquiry Learning dapat berpengaruh dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa pada mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti . Disarankan bagi guru agar motivasi belajar siswa dapat lebih dikembangkan lagi, baik dalam pembelajaran di kelas ataupun pelaksanaan kegiatan sekolah lainnya yang disesuaikan. Kata kunci: model pembelajaran dan motivas.

ABSTRACT The problem in this study is how to foster learning motivation in students through the application of the Inquiry Learning model. The research objective was to obtain an overview of increasing student learning motivation through the application of the Inquiry learning model. The research method used was Classroom Action Research (CAR) which was conducted in two cycles with 38 children in class, in class VIII SMP Negeri 6 Ratahan, DI Rasi Village, Minahasa Regency. Southeastern North Sulaesi. Data collection techniques are carried out through observation, interviews, field notes and documentation. From the results of implementation and observation in cycle I and cycle II, it was found that there was an increase in student learning motivation. These results indicate that the use of Inquiry Learning learning models can have an effect in fostering student learning motivation in Christian Religious Education and Character Education subjects. It is recommended for teachers that student learning motivation can be further developed, both in classroom learning or the implementation of other adjusted school activities. Keywords: learning model and motivation PENDAHULUAN Terkadang proses pembelajaran membosankan menurut siswa, guru yang menyajikan materi pembelajaran terkadang hanya seperti robot, marahmarah, duduk ketika menyajikan materi,

Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 83

dan lain sebagainya. Proses dan gaya belajar seperti inilah yang terkadang guru tidak pernah menyadari bahwa itulah yang terkadanng menjadi konflik bagi siswa tertentu. Ada siswa dengan temperamen yang sensitif, ada siswa yang memiliki temperamen keras dan bahkan ada juga siswa yang memiliki dua kepribadian yang sering membuat guru sulit mengendalikan siswa. Ada banyak hal yang sering menghambat proses pembelajaran misalnya guru sering menjadi otoriter di dalam kelas, siswa menjadi takut bertanya, mata pelajran yang disajikan tidak menarik dan lain sebagainya. Sehingga tujuan pendidikan tidak bisa sampai sesuai yang telah diatur oleh undang-undang. Melihat gejala-gejala seperti ini maka seorang guru yang baik yang bisa melihat dan memahami arti dari tugasnya yang sesungguhnya seharusnya mencari solusi dari setiap persolan yang dialaminya di kelas. Masa pandemi telah banyak mengubah pendidikan yang ada di negeri ini, proses pembelajaran tidak lagi dilakukan di sekolah, tetapi dialkukan dengan kegitan daring dan luring, bahkan tatap muka dalam kelompok kelas yang terdiri dari baberapa siswa minimal 5 – 6 orang.Dalam proses pembelajaran seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam mengolah kelas sehinggaterciptanya sebuah pembelajaran yang aktif dan menyenangan Dalam kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.Siswa memiliki keunikan, ada siswa yang suka memperhatikan materi pelajaranyang diberikan, tetapi ada siswa yang tidak suka memperhatikan materi pelajaran yang yang diberikan oleh guru. Bagi siswa yang selalu memperhatikanmateri pelajaran tidaklah mnejadi masalah bagi guru, tetapi yang menjadi masalah ketika ada siswa yang tidak suka belajar.Keadaan siswa yang tidak suka memperhatikan pelajaran menjadi tanggung jawab guru untuk bagaimana menumbuhkan motivasi di dalam diri siswa tersebut. Motivasi ekstrinsik adalah moivasi yang tepat bagi siswa yang tidak suka memperhatikan pelajaran. Motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari oranng lain sehingga denagn keadaaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar. Model pembelajaran inquiry adalah sebuah model pembelajaran dimana siswa diarahkan untuk memecahkan sebuah masalah dalam kegiatan proses pemebelajaran, dengan membuat stimulus pembelajaran stidaknya dapat merangsang peserta didik dalam menumbuhkan keiningan untuk mempelajari sebuah mata pelajaran yang menurut mereka sulit, tidak enak untuk dipelajari dan lain sebagainya. Model pembelajaran inquiry merupakan salah satu model pemeblajaran yang sering

Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 84

digunaakan guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Pertanyaannya mengapa model ini sering digunakan guru dalam proses KBM?, Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang diawali dengan kegiatan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, menarik kesimpulan sementara, dan menguji kesimpulan sementara tersebut sampai pada kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Jadi, pembelajaran dengan inkuiri menuntut siswa untuk menemukan sendiri atas pemecahan suatu masalah berdasarkan data-data yang nyata hasil dari observasi atau pengamatannya.Siswa harus memproses informasi secara mental untuk memahami makna dan secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Mata pelajaran yang sulit dicerna oleh siswa terkadang menjadi problem di kelas. tingkat kesukaran, keluasan dan kedalaman makna ynag terkandung dalam bahan pelajaran akan turut memengaruhi sikap dan minat belajar para siswa selama mengikuti PBM. Selain itu hubungan antara sebuah mata pelajaran yang lain juga memengaruhi lancer tidanya pelaksanaan PBM akan teratasi. Mata pelajaran agama Kristen adalah sebuah mata pelajaran yang waib bagi setiap siswa. Tetapi ketika guru tidak bisa menyampaikan mata pelajaran tersebut dengan baik maka tujuan dari mata pelajaran agama Kristen tidak akan bisa terealisassi dengan baik. Padahal mata pelajran iini merupakan mata pelajaran yang berisikan sebuah amanat sang guru agung dan memiliki ke khasan tersenderi dari dari mata pelajaran yag lain. Dengan mempelajari mata pelajran agama Kristen diharapkan setiap siswa bisa memahami arti tujuan yang sebenarnya. Lebih mengenal siapa sesungguhnya mereka. Ciri khas mata pelajaran agama Kristen yakni setiap siswa dituntun untuk mengerti arti sebuah kehidupan dan keselamatan yang kekal oleh sang juru selamat. Dengan demikian berdasarkan dari semua uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya sebuah strategi seorang guru dalam meningkatkan motivasi belajar bagi siswa. Motivasi belajar siswa sangat penting, sebab bagaimana seorang siswa bisa menerima sebuah kebenaran dalam hidupnya ketika siswa tersebut tidak memahami dengan benar setiap mata pelajaran yang dia terima. Apalagi mata pelajaran agama Kristen, sehingga untuk mengatasi kendala yang terjadi di kelas penulis mencoba mengadakan penelitian dengan meggunakan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Learning untuk menigkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Kristen Siswa Kelas VIII SMP Negeri 6 Ratahan â€. Diharapkan dengan penelitian ini bisa menghasilkan sebuah proses belajar yang bisa berpengaruh pada siswa dan juga pada guru sebagai sebuah proses evaluasi diri. Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 85 Setiap model pembelajaran mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai tujuan. Arends (1997: 07) menyatakan bahwa the term teaching model refer to particular approach to instruction that includes its goals, syntax environment, and management system.Istilah model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuan, sintaksnya, lingkungannya dan sistem pengelolaannya. Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang diawali dengan kegiatan merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis, menarik kesimpulan sementara, dan menguji kesimpulan sementara tersebut sampai pada kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Jadi, pembelajaran dengan inkuiri menuntut siswa untuk menemukan sendiri atas pemecahan suatu masalah berdasarkan data-data yang nyata hasil dari observasi atau pengamatannya.Siswa harus memproses informasi secara mental untuk memahami makna dan secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Pembelajaran model inkuiri mewujudkan learning by doing dan sejalan dengan teori konstruktivisme. Trowbridge & Sund (1984: 109) menyatakan bahwa. The essence of inkuiri teaching is arranging the learning environment to facilitatate student centered instruction and giving sufficient guidance to insure direction and success in discovering scientific concepts and prinsiples. One way a teacher helps a student obtain a sense of direction and use his minda is through questioning. The art of being a good conversationalist requires listening and insightful questions. A good inkuiri orierted teacher excellent conversationalist. He listen well and asks appropriate question assisting assisting individuals in organizing their thoughts and gaining insight. Hal terpenting dalam mengajar melalui inkuiri adalah kemampuan mengorganisasikan lingkungan pembelajaran untuk memfasilitasi kegiatan siswa serta memberikan cukup bimbingan untuk memastikan setiap langkah kegiatan agar dapat menemukan konsep dan prinsip. Hasil penelitian I Ketut Neka (2015) menyatakan model pembelajaran inkuiri terbimbing memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menemukan dan memanfaatkan sumber belajar. Siswa akan memperoleh pengalaman lebih bermakna dan apa yang dipelajari akan lebih kuat melekat dalam pikiran mereka. Hal ini berdampak posiitif terhadap perolehan hasil belajar siswa. Guru melalui pembelajaran inkuiri terbimbing harus merancang pembelajaran inkuiri yang melibatkan siswa secara aktif di mana pada proses awal pembelajaran guru memberi banyak bimbingan kemudian secara teratur mengurangi frekuensi bimbingan. Dengan Inovasi Model Pembelajaran sesuai Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 86 Kurikulum 2013 demikian, siswa dapat menjadi penyelidik yang baik dan pengetahuan ilmiahnya dapat terpenuhi. Pengertian Inquiry Pembelajaran inkuiri terjadi apabila para pembelajar diminta untuk mendapatkan sesuatu.Seorang guru lebih memilih mengajukan pertanyaan tentang sesuatu daripada menyebutkannya. Menurut Cruickshank, dkk, setidaknya ada 3 maksud guru menggunakan inkuiri adalah: Pertama, mengharapkan pembelajar mengetahui bagaimana berpikir dan mendapatkan sesuatu untuk mereka. 1. Karakteristik Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Menurut Sanjaya (2014), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama dalam pembelajaran inkuiri, yaitu: a) Inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untu mencari dan menemukan. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal di dalam proses pembelajaran, tetapi siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dan sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belajar). Dengan demikian, metode pembelajaran inkuiri menempatkan guru sebagai sumber belajar akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. 2. Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran dalam metode inkuiri, akan tetapi bagaimana siswa dapat menggunakan kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Lebih lanjut, National Science Educational Standard (NRC, 2000) menyatakan lima ciri esensial dari inkuiri, antara lain. a. Siswa tertarik pada pertanyaanpertanyaan yang berorientasi ilmiah Pertanyaan-pertanyaan berorientasi ilmiah berpusat pada objek, organisme dan peristiwaperistiwa di alam. Guru memiliki peran penting dalam membimbing identifikasi pertanyaan, khususnya ketika pertanyaan tersebut berasal dari para siswa. Inkuiri yang berhasil berawal dari pertanyaanpertanyaan bermakna dan relevan bagi para siswa, namun dapat menjawab juga melalui pengamatan dan pengetahuan ilmiah yang diperoleh dari sumbersumber yang terpercaya Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 87 b. Siswa memberikan prioritas terhadap pembuktian yang membuat mereka mengembangkan dan mengevaluasi penjelasanpenjelasan terhadap pertanyaanpertanyaan berorientasi ilmiah. Akurasi dari pengumpulan bukti diverifikasi dengan mengecek pengukuran, mengulang pengamatan, atau mengumpulkan datadata berbeda yang berkaitan dengan fenomena yang sama. Bukti Inovasi Model Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013 adalah subyek dari pertanyaan dan penyelidikan lebih lanjut.Para siswa menggunakan bukti untuk mengembangkan penjelasan terhadap fenomena ilmiah di dalam kelas inkuiri. c. Siswa menyusun penjelasan dari bukti terhadap pertanyaanpertanyaan berorientasi ilmiah. Penjelasan-penjelasan ilmiah harus konsisten dengan bukti dari percobaan dan pengamatan tentang alam.Penjelasan adalah cara untuk mempelajari tentang apa yang belum dikenal dengan menghubungkan hasil pengamatan dengan yang sudah lebih dahulu diketahui. Bagi para siswa, hal ini berarti membangun ideide baru diatas pemahaman siswa yang sekarang. d. Siswa mengevaluasi penjelasannya berdasarkan penjelasanpenjelasan alternatif, khususnya yang mereflesikan pemahaman ilmiah. Penjelasanpenjelasan alternative mungkin ditinjau ulang setelah para siswa berdiskusi, membandingkan hasil atau mengecek hasil mereka dengan yang diajukan oleh guru atau materi. e. Siswa berkomunikasi dan menilai penjelasan yang mereka ajukan. Mengkomunikasikan penjelasan dengan meminta siswa untuk berbagi pertanyaan akan membuka kesempatan pafda siswa lain untuk bertanya,memeriksa bukti, dan menyarankan beberapa penjelasan alternative dari pengamatan yang sama. Berbagai penjelasan dapat memcahkan kontradiksi dan memantapkan sebuah argument berdasarkan empirik. Hal-hal tersebut sudah seharusnya segera dikoreksi guru karena proses belajar yang seharusnya berlangsung adalah proses yang sebagaimana ditekankan oleh aliran konstruktivisme yaitu lebih ditekankan pada keterlibatan aktif peserta didik melalui pendekatan proses mental untuk mengkonstruksi dan mentransformasikan pengetahuannya. Sebagai fasilitator peranan guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi siswa, mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa, serta menyediakan pengalaman Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 88 untuk menumbuhkan pemahaman siswa. Guru harus menyediakan dan memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif, Sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan, membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimen dalam kegiatan belajarnya. Menurut Rahayu dan Nuryata (2012;171) tugas guru sebagi fasilitator adalah a) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik, b) memberi kesempatan bagi peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri, c) menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Model pembelajaran yang dikembangkan harus dikemas dengan cukup baik agar proses pembelajaran berjalan dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Untuk itu perlu dikembangkan model pembelajaran yang memberikan siswa kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan nyata yang memancing kreatifitas siswa dalam menemukan ide-ide baru dalam proses pembelajaran. Dengan demikian model pembelajaran Inqiury learning bisa menumbuhkan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973) sebagai pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk melakukaneksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi, inginmelakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan mencari jawaban ataspertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain. c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inkuiri) Guru memberikan permasalahan dan kemudian siswa diminta memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur pada pembelajaran berbasis inkuiri.Untuk itu guru dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran dengan tepat. Setiap siswa memerlukan bekal pengetahuan dan kecakapan agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui pengalaman belajar di sekolah.Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah sedapat mungkin memberikan bekal siswa dalam mencapai kecakapan untuk berkarya.Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang cakupannya lebih luas dibanding hanya sekadar keterampilan. Hasil penelitian Laela Ngasarotur (2015) menyebutkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika siswa diantaranya yaitu: Terlaksananya langkah-langkah kegiatan dengan model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran, permasalahan yang disajikan dalam LKS mampu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, alat-alat praktikum yang menunjang kegiatan pembelajaran dan Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 89 adanya kesempatan siswa untuk mengkomunikasikan hasil diskusi Terdapat enam prinsip dalam inkuiri terbimbing (guded inkuiri) (Kuhlthau, 2007) antara lain sebagai berikut: 1) siswa belajar secara aktif mengehubungkan dan bercermin dari pengalaman; 2) siswa belajar dengan membangun pengetahuan dari apa yang mereka siap ketahui; 3) siswa mengembangkan berpikir tingkat tinggi melalui berpikir kritis dalam proses belajar; 4) siswa mempunyai cara berbeda dalam belajar; 5) siswa belajar melalui interaksi sosial dengan siswa lainnya; dan 6) siswa belajar melalui pedoman dan pengalaman yang sesuai dengan perkembangan kognitif mereka. Pendekatan model pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa yang memiliki minat belajar tinggi memberikan peluang kepada siswa untuk bisa mengeksplorasikan kemampuannya sehingga pada saat proses pembelajaran terjadi siswa mampu mengembangkan kemampuan yang mereka miliki secara optimal. 4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Penggunaan inkuiri terbimbing (guided inkuiri) memiliki beberapa keuntungan untuk siswa (Kuhlthau, 2007) antara lain. 1. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan bahasa, membaca dan ketrampilan sosial 2. Siswa dapat membangun pemahaman sendiri 3. Siswa mendapat kebebasan dalam melakukan penelitian 4. Siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan mengembangkan strategi belajar untuk menyelesaikan masalah Selain itu, penggunaan inkuiri terbimbing (guided inkuiri) juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain. a. Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lebih lama b. Inkuiri terbimbing (guided inkuiri) sering bergantung pada kemampuan matematika siswa, kemampuan bahasa siswa, ketrampilan belajar mandiri dan selfmanagement Inovasi Model Pembelajaran sesuai Kurikulum 2013. c. Siswa yang aktif mungkin tetap tidak paham atau mengenali konsep dasar, aturan dan prinsip, serta siswa sering kesulitan untuk membuat pendapat, membuat hipotesis, membuat rancangan percobaan dan menarik kesimpulan. 5. Langkah-langkah Kegiatan Model Pembelajaran Inkuiri a. Orientasi Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah: 1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapaioleh siswa. 2) Menjelaskan pokokpokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswauntukmencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkahlangkah inkuiri sertatujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan merumuskan masalahsampai dengan merumuskan kesimpulan. 3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukandalamrangka memberikan motivasi belajar siswa. Hakikat Pendidikan Agama Kristen.

Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 90

Hakikat pendidikan agama Kristen adalah usaha yang dilakuakn secara terencana dan berkelanjutan dalam memhami dan meghayati kasih Tuhan di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadapa sesame dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Kristen memiliki panggilan untuk mewujudkan tanda-tanda kerajaan Allah dalam kehidupan seharihari baik secra pribadi maupun secara komunitas. Pengertian Pendidikan Agama Kristen Menurut Enklar dan Hobrighausen, Pendidikan Agama Kristen, selanjutnya disingkat PAK, harus dibedakan dari nomenklatur lain, seperti Pendidikan Kristen, atau Pengajaran Kristen, dan Pendidikan Agama atau pengajaran Agama, yang memang tidak sama artinya. Pendidikan (atau pengajaran) Kristen biasanya dipergunakan untuk pengajaran di sekolah-sekolah Kristen, baik sekolahsekolah rakyat, maupun di sekolahsekolah lanjutan, yang masih dijalankan oleh gereja atau organisasi (perhimpunan) Kristen. Hal ini juga didukung oleh pernyataan Jenri Ambarita yang mengatakan bahwa guru pendidikan agama Kristen berbeda dengan guru mata pelajaran umum (Ambarita et al., 2020). Jadi nama itu menunjuk kepada pengajaran biasa, tetapi yang diberikan dalam suasana Kristen. Sedangkan pendidikan (atau pengajaran) Agama lebih menuju kepada maksud kita, tetapi nama ini terlampau luas. Gereja Protestan Ortodoks di Amerika lebih suka memakai istilah Pendidikan Kristen (“Christian Educationâ€) atau Pendidikan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen. mempermuliakan NamaNya di segala waktu dan tempat. (Boehlke), oleh karena itu, tujuan PAK adalah: a. Memimpin murid selangkah demi selangkah kepada pengenalan yang sempurna mengenai peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam Alkitab dan pengajaran-pengajaran yang diberitakan olehnya; b. Memimpin murid dalam cara menggunakan kebenarankebenaran azasi Alkitab itu untuk keselamtan seluruh hidupnya; Pengertian Motivasi Motivasi berpangkal dari kata “ motif†yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ad didalam diri seorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern ( kesiapsiagaan). Adapun menurut MC Donal, motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang diandai denagn menculnya feelingdan didahului dengan tanggapan terhadap tujuannya. Dari penegertian yang dikemukakan oleh MC Donal ini, maka terdapat tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi, yakni; motivasi mengawali terjadinya prubahan energy, Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 91 ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan ( Sardiman, 2004). Dalam kegiatan belajar, motivasi tentu sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar.. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada kelas VIII di SMP Negeri 6 Rataha. Untuk mencapai hasil maksimal dalam penelitian maka penulis perlu memperhatikan beberapa hal yang berkaiatan dengan penelitian tersebut maka penulis menggunakan berbagai variable yang diukur guru dalam mendukung penelitian tersebut. Sehingga dalam penelitian ini penulis mencoba menggunakan metode kuantitatif dalam proses pengumpulan data. Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 6 Ratahan dengan jumlah siswa 38 orang yang terdiri 18 siswa perempuan dan 20 orang siswa laki-laki. Data kuantitatif : berupa data yang diperoleh dari nilai tes tulis dan tes unujuk kerja, yang dilakukan untuk menentukan nilai ketuntasan setiap siswa dalam kegitan pembelajaran. LAPORAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pada kegiatan penelitian ini yang dilakaukan dua siklus, pada siklus pertama siswa mulai menunjukkan kemajuan dalam proses belajar dengan adanya penerapan model pembelajaran inquiry learning . penerapan model pembelajaran ini digunakan untuk mendorong siswa dalam kegiatan mata pelajaran PAK dan BP. Pada siklus kedua siswa sekitar 85% menunjukkan keninginan belajar pada mata pelajaran PAK dan BP. Sehingga 15 % siswa masih dalam tahap pembimbing dari guru. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah SMPN 6 Ratahan di Desa Rasi kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara dengan menggunakan tentang Penerapan model pembelajaran Inqury Learning pada siswa kelas 8 SMP Negeri 6 Ratahan dapat membantu meningkatkan motivasi siswa dalam belajar mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen Dan BP. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya hasil peningkatan belajar siswa pada siklus pertama dan kedua. Selain itu dalam penelitian ini penulis memberikan saran bahwa: 1. Penerpan model pembelajaran sangat baik digunakan oleh semua guru dalam mendorong keinginan siswa untuk belajar dan serta dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengolah proses pembelajaran agar berjalan dengan baik. 2. Penerapan model pembelajaran Inqury Learning dapat digunakan Jurnal Pendidikan DIDAXEI ISSN Online : 2745-6935 Volume 1, Nomor 2 DIDAXEI Page 92 sebagai bahan evaluasi bagi guru untuk mengetahui sejauh mana guru dapat mengolah kelas dan bisa menimbulkan simpati dan emapti dari pada siswa.


References


DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, J., Yuniati, E., & Sinaga, N.

(2020). Persepsi Guru Pendidikan

Agama Kristen Indonesia Terhadap

Pembelajaran Online Di Tengah

Covid-19 Dan Era Industri 4.0.

Jurnal Shanan, 4(2), 1689–1699.

Belandina N.S.J,2008 Pedoamn untuk

guru pendidikan agama Kristen

dalam melaksanakan kurikulum

baru

Djamarah, S.B. 2011. Psikologi Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto (2013). Inovasi Pembelajaran

Efektif. Bandung: Yrama Widya

Dimyati dan Mudjiono. 2006.

Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:

Rineka Cipta Djahiri.

Faturrohman Pupuh 2001), Belajar Tntas

Didasarkan Pada Kondisi Objektif

Faturrohman Pupuh, strategi Belajar

Mengajar, PT Refika Aditama,

Bandung : 2007

Groome H. Thomas, 2010, Christian

Religious Education, diterjemahkan

oleh Daniel Stefanus, BPK Gunung

Mulia, Jakarta.

Hamacheek 2003 : Guru-Guru Yang

Efektif

Homrighausen dan Enklaar, 2004,

Pendidikan Agama Kristen, BPK Gunung

Mulia,

Robert Boehlke, 1997, Sejarah

Perkembangan Pikiran dan Praktek

PAK, BPK GunungMulia, Jakarta.

Wahyuni Fahriatul Eni,Nurdyansyah

Inovasi Model Pembelajaran

Sesuai Kurikulum 2013. Sidoarjo:

Nizamia Learning Center.


Refbacks

  • There are currently no refbacks.